mendadak pengen nulis tulisan yang sedikit berbobot dibanding curhatan geje, haha
Pada saat ini, saya Ifa Genthong si Cubitable #halah ingin sedikit memaparkan pendapat saya tentang tipe pemerintahan SBY sebagai presiden RI sampai saat ini dibandingkan dengan presiden - presiden terdahulu dan terhadap gelombang protes yang menyatakan ketidak puasan terhadap pemerintahan beliau
Sebagai mahasiswi HUbungan Internasional yang memang dituntut untuk terus berwawasan luas terutama tentang negara kita di mata internasional, maka saya merasa bahwa selama saya hidup di Indonesia dan mempelajari tentang pemerintahan - pemerintahan sebelumnya, saya merasa bahwa pemerintahan SBY ini merupakan yang terbaik terlepas saya ini simpatisan partai tertentu atau tidak.
Apabila kita melihat pada awal pemerintahan SBY pada 2004, dimana Indonesia benar - benar berada pada euforia demokrasi karena pada saat itu pertama kalinya presiden kita dipilih oleh rakyatnya sendiri. SBY - JK muncul sebagai sosok pemimpin yang memang dipilih oleh rakyatnya sendiri. Dielu - elukan, tentu saja, hal inilah yang mendasari juga SBY menang telak atas Megawati pada saat pemilu tahun 2009. Namun, entah karena kroni - kroni di bawahnya yang mulai membusuk atau citra JK yang tidak mampu digantikan oleh Budiono, periode kedua pemerintahan SBY ini diwarnai banyak kontroversi yang menuntut turunnya beliau dari tampuk kepresidenan. Banyak kasus - kasus yang terungkap yang melibatkan kader - kader ataupun orang - orang terdekat beliau, Bahkan banyak yang meramalkan, ketika SBY tidak lagi menjadi presiden, maka akan banyak caci - maki yang menimpa beliau, indeed.
Namun, tahukah anda semua? Perbedaan mendasar dari gaya masyarakat Indonesia yang sangat sulit dirubah adalah, akan terus mencari kesalahan oknum terntentu, terutama apabila sudah selesai masa jabatan atau masa kekuasaannya. Seperti yang kita ketahui sendiri bahwa sekarang, banyak sekali kesalahan para pendahulu yang terus - menerus diungkit, tak terkecuali SBY nantinya apabila sudah tidak menjadi presiden. Tidak banyak yang menceritakan kesuksesan Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, mungkin hanya Soekarno saja yang masih dipuja - puja karena memang kharismanya yang mendunia.
Tanpa disadari, walaupun Soeharto menyuburkan KKN, meninggalkan banyak hutang, namun beliau lah yang sanggup membangkitkan ekonomi Indonesia yang benar - benar terpuruk pasca orde lama dan memperbaiki citra Indonesia yang jatuh. Habibie dengan kepemimpinan yang cukup singkat, menurut saya bahkan memiliki gebrakan yang sangat berarti sampai sekarang, yaitu membuka keran demokrasi yang sebesar - besarnya. Banyak yang tidak menyadarinya, atau bahkan berusaha terus mencari kesalahan beliau agar apa yang sudah dicapai tidak lagi diingat. Semua orang terus - menerus meyalahkan Habibie atas inflasi yang sangat besar sehingga nilai dollar atas rupiah naik secara tidak manusiawi. Tahukah anda karena memang pada saat itu dollar sangat menguasai perekonomian dunia, harga minyak dunia naik dan kondisi ini diperparah dengan konsumsi minyak penduduk Indonesia jauh diatas minyak yang mampu diproduksi sehingga negara ini harus mengimpor minyak yang harus dibeli dengan dollar. Tentu saja semakin banyak minyak yang dibeli, harga rupiah terus ambruk seperti yang susah bisa ditebak.
Salah satu yang saya garis bawahi dari gaya kepemimpinan SBY adalah, sebagai seorang pemimpin harus berani mengambil resiko itu sendiri. Semua orang pasti akan mengingat kebijakan SBY yang menaikkan harga BBM sebanyak 100% lebih. Resiko ini diambil atas dasar pilihan, apabila tidak dinaikkan subsidi BBM akan semakin membengkak, dan bisa ditebak keuangan Indonesia akan terancam kembali mengalami krisis atau harga BBM itu sendiri dinaikkan untuk menyelamatkan APBN negara. keputusan SBY memang penuh resiko, buktinya banyak massa yang menyatakan kecewa dengan keputusan pemerintah ini. Masyarakat Indonesia sudah terlanjur terbiasa dengan harga minyak yang sangat murah, sehingga kenaikan harga yang mencapai dua kali lipat, tentu saja membuat beberapa lapisan masyarakat merasa keberatan.
Namun, sebagai seorang penstudi ilmu politik juga saya merasa bahwa pengambilan keputusan yang penih resiko ini sangat tepat, bahkan saya pernah menerapkannya dalam kehidupan sehari - hari. Saya pernah menjadi bendahara umum suatu acara yang cukup besar di jurusan, dan seringkali apa yang saya lakukan mengandung banyak resiko besar, namun saya pernah menekankan, yang terinspirasi dari SBY sebetulnya :
"Resiko akan tetap ada, apabila kita terus menerus mencari aman dari suatu keputusan, maka kita tidak akan pernah maju. Maka dari itu resiko itu harus kita ambil, dengan berusaha mencari peluang untuk terus menghadapinya dengan tegas"
Kata - kata yang cukup membahana ini sejujurnya membuat beberapa orang memuji saya :3 dan saya merasa bahwa tindakan SBY untuk keluar dari zona nyaman dan mengambil resiko yang sangat besar atas keputusan beliau merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang sangat saya sukai sebagai penstudi Hubungan Internasional
Faktor timing yang tepat merupakan salah satu keahlian SBY dalam membawa Indonesia ini ke jalan yang lebih baik, banyak kemajuan - kemajuan yang berhasil didapatkan oleh Indonesia berkat SBY yang memang berhasil mengambil timing yang tepat. Apabila kita mengingat, permasalahan GAM yang terus menemui jalan buntu ketika masa Megawati, namun SBY melihat permasalahan GAM akan selesai melihat Tsunami hebat yang menyerang Aceh. Dan hasilnya bisa ditebak, SBY berhasil membuat GAM dan Indonesia berdamai serta memperbaiki citra TNI di mata dunia internasional dengan timing yang tepat, Tsunami yang sudah memporak - porandakan Aceh.
Pada masa pemerintahan SBY, beliau banyak memilih stafnya sendiri sehingga kerjanya akan terlihat lebih efektif. Namun sangat disayangkan, faktor politik Indonesia yang lebih suka melihat orang dari covernya terbukti membuat banyak pergantian yang disebabkan dengan rasa tidak percaya dari rakyat sendiri. Sri Mulyani, mantan Menteri Keuangan yang diduga tersangkut kasus Bank Century harus rela dijatuhkan nama baiknya dan lebih memilih bekerja di World Bank ketimbang bertahan di Indonesia. Padahal, dunia internasional mengakui kapasitas Sri Mulyani sebagai ekonom handal dan kenapa Indonesia malah membuatnya tidak bisa mengabdikan dirinya di sini. Sama halnya dengan Habibie dulu, kapasitasnya sebagai ahli pesawat hampir tidak ada yang meragukan, ditunjang dengan IQ yang cukup tinggi. Namun hasilnya? Bangsa ini membuat Pak Habibie sedikit kecewa karena penemuannya hampir tidak dianggap dan mereka masih terus mengungkit kesalahan beliau pada saat integrasi Timor - Timur
Karakter pemimpin kita memang berbeda - beda, Pak Karno yang sangat high profile dan membawa Indonesia sebagai salah satu negara yang disegani tentu saja membekas di benak setiap bangsa Indonesia. Beliau benar - benar sosok pemimpin yang memiliki common touch yang cukup besar sehingga rakyat bisa merasa dekat dengan beliau. Sedangkan Pak Harto, The Smilling Jenderal ini sangat low profile. Di dalam pertemuan internasional, beliau terkenal jarang berbicara, sangat berbeda dengan Pak Karno. Namun, kharisma beliau bahkan membuat CIna jatuh bangun untuk menjalin hubungan dengan Indonesia. Sentralisasi pemerintahan membuat rakyat merasa jauh dari pemerintah dan setiap keputusan yang bersifat sangat rahasia. Habibie menurut saya adalah tipe pemimpin yang cukup handal apabila memiliki wakil dengan kapastitas politik yang mumpuni. Kekuatan Habibie terletak pada dirinya yang memliki otak encer dan mampu mengambil keputusan secara tepat. Sayang sekali, rakyat Indonesia masih menganggap Habibie adalah kepanjangan tangan dari Soeharto. Gus Dur lain lagi, sebagai seorang kyai dan cendekiawan tersohor, beliau terkenal dengan ide - idenya yang cenderung nyeleneh. Seorang staf ahli kepresidenan menganggap bahwa seharusnya Gus DUr memposisikan dirinya sebagai presiden Indonesia, bukan lagi kyai terkenal. Banyak yang mengatakan bahwa pada masa kepimimpinan beliau, Indonesia seakan - akan menabrak semua karang, berdasar pada pendapat BUng Hatta yang pada masa Orde Lama, Indonesia seperti mendayung diantara dua karang. Megawati adalah satu - satunya presiden wanita dalam sejaran Indonesia, namun saya benar - benar tidak respek dengan kepemimpinan beliau yang menurut saya tidak berhasil sama sekali.
Dan SBY, terkenal dengan prinsip thousand friends, zero enemies ini memang terkenal sebagai sosok yang kalem dan tidak meledak - ledak. Berbeda dengan Pak Karno yang sangat frontal ataupun Pak Harto yang diam - diam menusuk, SBY terkesan sebagai sosok yang "lemah". Namun tanpa disadari, SBY ini lah yang menurut saya sebagai pemimpin yang pas dengan kondisi Indonesia pada saat ini, Sikap beliau yang lemah lembut membuat citra Indonesia membaik, ditambah lagi common touch yang beliau miliki, menambah kesan kalem pada Indonesia. Sikap yang berani menanggung resiko dari SBY merupakan sesuatu yang harus diingat dari masa kepemerintahan beliau. Sistem birokrasi yang memang daridulu terkenal dengan ribet, sekarang lebih dipermudah. Kasus - kasus korupsi banyak terungkap dari segi manapun, bahkan dari depag. Namun, hal ini dapat menjadi buah simalakama karena kebanyakan yang tersangkut kasus korupsi tersebut adalah kader - kader beliau ataupun orang - orang terdekat.
Sebagai seorang penstudi Hubungan Internasional, saya memang mengakui bahwa SBY terkesan lambat dan klemak klemek apalagi sejak banyak yang menyorot SBY curhat melalui lagu dan media. Bagi saya memang manusiawi, namun sebagai presiden setidaknya itu menurunkan martabat beliau. Namun saya dengan hormat mengatakan bahwa selama saya mempelajari sistem pemerintahan Indonesia sampai sekarang, SBY adalah sosok yang terbaik sebagai Presiden Indonesia, baik di mata saya maupun di mata internasional. Dan saya juga tidak meragukan hal tersebut :D